Sholat Dalam Al Quran
MENELUSURI
MAKNA SHALAT
DALAM AL QUR'AN
Shalat adalah
bagian dari jawaban Allah atas permintaan
petunjuk dari orang-orang
beriman. Kepada siapa permintaan itu
diminta dan seperti apa permintaan yang diajukan, kita simak
surah Al
Fatihah (Pembuka), semoga hati dan pikiran kita dapat
terbuka:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
(1:1)
Segala puji bagi Allah Tuhan Pemelihara semesta alam (1:2)
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang (1:3)
Yang menguasai hari pembalasan (1:4)
Hanya kepada Engkaulah kami mengabdi dan hanya kepada
Engkaulah kami
memohon pertolongan (1:5)
Tunjuki kami jalan yang lurus (benar) (1:6)
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat atas
mereka,
bukan (jalan) orang-orang yang dimurkai atas mereka dan
bukan (jalan)
orang-orang yang sesat (1:7)
Pada ayat 1-4, di situ ada Allah, Ar Rahman, Ar Rahim, Al
Hamid, Al
Malik. Pengenalan terhadap Allah dan sifat-sifatNya merupakan
awal
agama (awaluddin ma'rifatullah), kata seorang guru Agama.
Pengenalan
tersebut membawa manusia beriman kepada kesadaran perlunya
mengabdi,
tegasnya menghamba, kepada Al Malik. Karena manusia yang
butuh, maka
mereka minta petunjuk cara menghambakan diri, yang terangkum
dalam
ayat 5-7.
Jawaban Allah atas permintaan petunjuk cara menghambakan
diri yang
diajukan orang-orang yang beriman diberikan pada surah Al
Baqarah
ayat 1-5, dan petunjuk yang sama dengan redaksi sedikit
berbeda
diberikan pada surah Lukman, juga pada ayat 1-5:
Alif lam mim (2:1)
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya,
(sebagai)
petunjuk bagi orang-orang yang takwa (2:2).
(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada yang gaib dan yang
mendirikan
shalat dan yang menafkahkan sebagian rezki yang Kami
anugerahkan
kepada mereka (2:3).
Dan orang-orang yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang
telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu
dan mereka yakin terhadap hari akhirat (2:4).
Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk dari
Tuhannya, dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung (2:5).
Alif lam mim (31:1)
Inilah ayat-ayat Al Qur'an
(tilka ayatu al-kitabi) yang mengandung
hikmat (31:2).
Menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat
kebaikan
(31:3).
(Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan menunaikan
zakat dan
mereka meyakini (kehidupan) akhirat (31:4).
Mereka itulah (orang-orang) yang mendapat petunjuk dari
Tuhan mereka,
dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (31:5).
Petunjuk yang Allah berikan adalah Kitab (Al Qur'an)(2:2)
dan ayat-
ayat Kitab (Al Quran)(31:2). Agar orang-orang yang beriman
mendapat
petunjuk, yaitu mentaati petunjuk yang diberikan, maka
mereka harus
mendirikan shalat. Jika demikian halnya, agar mudah
dimengerti,
seharusnya tidak dikatakan mendirikan shalat, tetapi
mendirikan
petunjuk. Tidak sesederhana itu. Orang-orang yang beriman
teramat
sangat beragam, pria, wanita, beragam tingkat umur, beragam
profesi,
beragam masalah, beragam kemampuan, dan berbagai keragaman
lainnya.
Mereka semua minta petunjuk kepada Allah. Setiap individu
beriman
adalah khas dan memiliki kekhususan sendiri-sendiri, dan
jika setiap
individu diberi petunjuk sendiri-sendiri maka tidak
terbayangkan
betapa rumitnya kitab petunjuk yang harus diberikan. Karena
itu,
secara kolektif dijawab oleh Allah: Ini Kitab (2:2), ini
ayat-ayat
Kitab (31:2) sebagai petunjuk. Petunjuk tersebut tentunya
harus
ditaati sebagai wujud penghambaan orang beriman kepada
Allah.
Mentaati petujuk oleh setiap individu itulah yang
diistilahkan dengan
mendirikan shalat. Tidak dikatakan mendirikan petunjuk,
karena
petunjuk kolektif berupa Kitab atau ayat-ayat Kitab tidak
semuanya
harus ditaati. Berhenti mengutib riba misalnya, hanya harus
ditaati
oleh rentenir. Orang beriman lainnya tidak perlu harus jadi
rentenir
dahulu, setelah itu berhenti mengutib riba, hanya untuk
mentaati
petunjuk yang memerintahkan agar berhenti mengutib riba.
Mendapat
petunjuk dalam uraian di atas dimaknai sebagai
mentaati petunjuk dipahami dari ayat berikut:
Katakanlah: "Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul, maka
jika kamu berpaling, maka sesungguhnya atas Rasul itu
hanyalah apa
yang dibebankan kepadanya, dan (kewajiban) atas kamu yang
dibebankan
atasmu, dan jika kamu mentaatinya (tentu) kamu mendapat
petunjuk, dan
tidaklah (kewajiban) atas Rasul itu kecuali penyampaian
(amanat
Allah) dengan terang" (24:54).
Ketaatan
terhadap petunjuk secara individu, atau mendirikan
shalat, diwujudkan
dengan berbagai cara. Dalam berdagang misalnya,
diperintahkan jujur dan tidak curang, seperti dijelaskan
dalam ayat
berikut:
Kecelakaan bagi orang-orang yang curang (83:1)
(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang
lain
mereka minta dipenuhi (83:2)
Dan apabila mereka menakar untuk orang lain atau mereka
menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi (82:2).
Pedagang banyak ragamnya, antara lain: pedagang minyak dan pedagang
daging. Pedagang
minyak mendirikan shalat dengan menakar minyak
dagangannya dengan cukup, dan pedagang daging mendirikan
shalat
dengan menimbang daging yang dijualnya dengan cukup. Hal
tersebut
merupakan shalat utama pedagang minyak dan pedagang daging,
disamping
tentunya banyak lagi shalat lainnya yang harus mereka
dirikan
tergantung situasi kehidupan yang mereka hadapi. Agar dapat
mendirikan shalat maka petunjuk dalam Kitab harus dibaca.
Demikian
yang dijelaskan dalam Al Qur'an:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Al Kitab (Al
Qur'an)
dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar, dan sungguh mengingat Allah
(shalat)
adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang
lain). Dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (29:45).
Sesungguhnya orang-orang yang (selalu) membaca kitab Allah
dan mereka
mendirikan shalat dan menafkahlan sebagian rezki yang telah
Kami
berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan,
mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan merugi
(35:29).
Jelas dan tegas kedua ayat di atas menyatakan membaca Kitab
merupakan
langkah awal dalam mendirikan shalat. Apa yang dijelaskan
oleh Al
Qur'an tersebut berbeda dengan ritual shalat yang umum
dilakukan,
yaitu Al Qur'an dibaca ketika sedang shalat. Mengikuti Al
Qur'an,
membaca Kitab sebelum mendirikan shalat akan sangat
memudahkan
memperoleh berbagai petunjuk dan penjelasan yang diperlukan.
Dalam
membaca Kitab, jika ada yang tidak dimengerti akan sangat
leluasa
membuka buku lainnya yang diperlukan atau bertanya,
sementara membaca
Kitab (Al Qur'an) ketika sedang ritual shalat, gerak sangat
terbatas
dan tidak boleh bertanya ketika petunjuk yang ada dalam Al
Qur'an
yang dibaca tidak dipahami. Hal lainnya yang berbeda, pada
berbagai
Ayat yang telah dikemukakan, dijelaskan bahwa shalat
berkaitan sangat
erat dengan Kitab, bukan dengan rukuk dan sujud seperti pada
ritual
shalat. Ayat berikut secara spesifik lebih memperjelas
hubungan yang
sangat erat antara shalat dengan Kitab:
Dan orang-orang yang
berpegang teguh dengan Kitab dan mereka
mendirikan shalat, sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan
pahala
orang-orang yang mengadakan perbaikan (7:170).
KUTIPAN AYAT
Terjemah Al Qur'an secara Lafsiah, Penuntun Bagi yang
Belajar. 1979.
Yayasan Pembinaan Masyarakat Islam Al Hikmah, Jakarta.
-fadhillah Alfirhi-