Rabu, 03 Desember 2014

Sabtu, 04 Oktober 2014

FILSAFAH 5 JARI )
1. Ada si gendut JEMPOL yang selalu
berkata baik dan menyanjung.
2. Ada TELUNJUK yang selalu suka
menunjuk dan memberi perintah.
3. Ada si JANGKUNG JARI TENGAH
yang sombong dan suka menghasut
jari telunjuk.
4. Ada JARI MANIS yang selalu
menjadi teladan baik dan sabar
sehingga di beri hadiah cincin.
5. Dan KELINGKING yang lemah dan
penurut,serta pemaaf.
Ingatkah anda waktu kecil,ketika
kita berbaikan dengan musuh
kita,pasti saling sentuh jari
kelingking.
Dengan segala perbedaan positif
dan negatir yang dimiliki masing-
masing jari mereka bersatu untuk
mencapai tujuan (menulis,memega
ng,menolong anggota tubuh yang
lain dan menyelesaikan segala
pekerjaan).
Pernahkah kita bayangkan
sejenak,jika tangan kita terdiri
dari JEMPOL semua...
Cukup sederhana,namunsangat
berarti,kita diciptakan dengan
segala perbedaan yang kita
miliki,dengan tujuan untuk
bersatu,saling menyayangi,saling
menolong,salingmembantu,saling
mengisi,bukan untuk saling
menuduh,merusak,bahkan
membunuh.
Lalu sudahkah kasih sayang kita
bertambah hari ini...
Hargailah perbedaan karena dengan
segala perbedaan kita tau warna
warna kehidupan.
Kita mengerti bahwa segala sesuatu
yang kita inginkan tidak selalu
harus menjadi milik kita.
semoga dapat diambil hikmah dan
manfaatnya.
Kalau ALLAH Itu Maha Baik,
Kenapa Bikin Neraka ??
★" Semua Harap Baca, Agar Tidak
Tersesat "★
Ini kisah nyata seorang gadis yang
dangkal ilmu pengetahuan islamnya.
Didaerah tersebut memberlakukan
peraturan bagi pekerja di tempat
umum seperti pasar, toko-toko
perniagaan dan lain-lain,
bagi wanitanya diharuskan
mengenakan jilbab dan menutup
aurat dengan benar.
Kerap kali pemerintah mengadakan
pemeriksaan secara mendadak
ditoko- toko dan pasar, bagi yang
melanggar maka dikenakan denda.
Selain kena denda mereka yang
melanggar aturan diberi nasehat
dari sang ustadz yang bekerjasama
dengan pemerintahan.
Suatu hari, seorang gadis
tertangkap yang bekerja disebuah
toko karena tidak menutup
auratnya. Maka diapun kena denda.
Setelah dia membayar denda, ustadz
ini pun menasehati, "setelah ini,
saya harap saudari bisa insaf dan
mentaati peraturan. Peraturan ini
bukan semata dari aturan
pemerintah melainkan menutup
aurat juga perintah Allah swt.
Ringkasnya kalau kita mentaati
perintahNya maka akan selamat dan
berbalas surga.
Sebaliknya jika durhaka maka akan
celaka dan balasan neraka."
Gadis tersebut yang awalnya
mendiamkan diri, tiba-tiba
membentak ustadz "kalau Tuhan itu
betul-betul baik, kenapa bikin
neraka?
Kenapa tidak sediakan surga saja?
Seperti itukah Tuhan penyayang?",
mungkin dari tadi gadis itu sudah
panas telinganya dinasehati oleh
ustadz terlebih habis terkena
denda.
Ustadz itu tertunduk dan berfikr
"bahaya anak ini kalau didiamkan
akan rusak akhlaknya."
Setelah habis gadis itu mengomeL,
ustadz pun menjawab "saudariku,
kalau Tuhan tidak bikin neraka,
saya tdk akan jadi ustadz.
Berapa sen saja gaji seorang
ustadz? Lebih baik saya jadi bandar
judi yg gampang dapat uang, hidup
senang, lepas matipun tak risau
sebab dijamin masuk surga.
Mungkin kau juga bisa saya culik
dan dijual jadi pelacur. Kalau mau
lari, saya bunuh saja. Tak apa,
sebab neraka tak ada.
Nanti kita jumpa lagi disurga. Kan
Tuhan itu baik.
Gadis itu terkejut mendengar
jawaban ustadz, bicara macam apa
itu ??
Saudariku, perkara tadi akan
terjadi seandainya surga saja yg
tersedia. Orang jahat, orang baik
semua masuk surga. Maka, apa
gunanya berbuat baik? Orang jahat
lagi gampang, manusia tak lagi diuji
sebab semua orang akan lulus,
percuma. pembunuh akan berjumpa
lagi dengan yang dibunuh didalam
surga, perampok berjumpa Lagi
dengan yang dirampok didalam
surga. Tak ada yang menerima
hukuman.
Adakah Tuhan yg seperti ini yg kamu
mau? Kamu rasa adilkah? Tanya
ustadz.
Mana adil seperti itu. Orang jahat
gak akan lepas begitu saja. Rungut
si gadis.
Ustadz tersenyum "jika Tuhan tidak
adil, bolehkah dianggap baik? "
Saudariku, saya kasih nasehat
karena saya sayang sesama umat
islam. Allah itu maha penyayang tapi
Dia juga maha adil karena itu
Neraka perlu terwujud untuk
menghukum hamba-hambanya yang
durhaka, yang menzalimi diri sendiri
dan orang lain.
Kita sedang diuji didunia ini. Jasad
kita bahkan segala- galanya milik
Allah. Maka bukan hak kita untuk
berbuat sesukanya. Apa yg
dipinjamkan olehNya pasti akan
diambil kembali olehNya.
Semoga kita dapat bersabar dalam
mentaati perintahNya untuk
kebaikan dunia akherat.
Aamiin Ya Robbal Alammiin

APAKAH MASIH BELUM MAMPU KITA UNTUK BERQURBAN ???

APAKAH MASIH BELUM MAMPU KITA UNTUK BERQURBAN ???

Sahabat Jejak Pena yg di Rahmati Allah..
kisah ini mampu membuat Saya menangis dan malu.
Semoga Kisah ini menginspirasi sahabat sekalian.

Seorang pedagang hewan qurban
berkisah tentang pengalamannya:
Seorang ibu datang memperhatikan
dagangan saya.
Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak
akan mampu membeli.
Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan
kepadanya, “Silahkan bu…”, lantas
ibu itu menunjuk salah satu
kambing termurah sambil
bertanya,”kalau yg itu brp Pak?”.
“Yang itu 700 ribu bu,” jawab saya.
“Harga pasnya berapa?”, Tanya
kembali si Ibuu. “600 deh, harga
segitu untung saya kecil, tapi
biarlah…… .
“Tapi, uang saya hanya
500 ribu, boleh pak?”, pintanya.
Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, akhirnya saya
berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja
dgn harga itu kepada ibu tersebut.
Sayapun mengantar hewan qurban
tersebut sampai kerumahnya,
begitu tiba dirumahnya,
“Astaghfirullah……,
Allahu Akbar…,
terasa menggigil seluruh badan
karena melihat keadaan rumah ibu
itu.
Rupanya ibu itu hanya tinggal
bertiga, dengan ibunya dan
puteranya dirumah gubug berlantai
tanah tersebut. Saya tidak melihat
tempat tidur kasur, kursi ruang
tamu, apalagi perabot mewah atau
barang-barang elektronik,. Yang
terlihat hanya dipan kayu
beralaskan tikar dan bantal lusuh.
Diatas dipan, tertidur seorang
nenek tua kurus. “Mak…..bangun
mak, nih lihat saya bawa apa?”,
kata ibu itu pada nenek yg sedang
rebahan sampai akhirnya
terbangun. “Mak, saya sudah
belikan emak kambing buat qurban,
nanti kita antar ke Masjid ya
mak….”, kata ibu itu dengan penuh
kegembiraan.
Si nenek sangat terkaget meski
nampak bahagia, sambil mengelus-
elus kambing, nenek itu berucap,
“Alhamdulillah, akhirnya kesampaian
juga kalau emak mau berqurban”.
“Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau
saya nawarnya kemurahan, karena
saya hanya tukang cuci di kampung
sini, saya sengaja mengumpulkan
uang untuk beli kambing yang akan
diniatkan buat qurban atas nama
ibu saya….”, kata ibu itu
Kaki ini bergetar, dada terasa
sesak, sambil menahan tetes air
mata, saya berdoa , “Ya Allah…,
Ampuni dosa hamba, hamba malu
berhadapan denga n hamba-Mu yang
pasti lebih mulia ini, seorang yang
miskin harta namun kekayaan
Imannya begitu luar biasa”.
“Pak, ini ongkos kendaraannya…”,
panggil ibu itu,”sudah bu, biar
ongkos kendaraanya saya yang
bayar’, kata saya.
Saya cepat pergi sebelum ibu itu
tahu kalau mata ini sudah basah
karena tak sanggup mendapat
teguran dari Allah yang sudah
mempertemukan dengan hambaNya
yang dengan kesabaran, ketabahan
dan penuh keimanan ingin
memuliakan orang tuanya…….
Untuk mulia ternyata tidak perlu
harta berlimpah, jabatan tinggi
apalagi kekuasaan, kita bisa
belajar keikhlasan dari ibu itu
untuk menggapai kemuliaan hidup.
Berapa banyak diantara kita yang
diberi kecukupan penghasilan,
namun masih saja ada kengganan
untuk berkurban, padahal bisa jadi
harga handphone, jam tangan, tas,
ataupun aksesoris yg menempel di
tubuh kita harganya jauh lebih
mahal dibandingkan seekor hewan
qurban. Namun selalu kita sembunyi
dibalik kata tidak mampu atau tidak
dianggarkan.

#semoga bermanfaat

kisah wanita

biarlah perempuan tak cantik di mata manusia.
tapi dia cantik menurut pandangan Allah.
PENGANTIN KEMBALI KERAHMATULLAH DI SAAT SUJUD...
Selepas melaksanakan Solat Maghrib, dia mulakan make-up pada wajahnya, memakai pakaian pengantin putih yang cantik, mempersiapkan dirinya untuk majlis perkahwinannya sendiri, kemudian dia terdengar azan ‘Isyak dan menyedari bahawa wuduknya telah terbatal. Lalu dia berkata kepada ibunya: “Mak, saya perlu ambil wuduk dulu dan solat ‘Isyak “
Ibunya terkejut: “Apa kamu gila?!! Tetamu sedang menunggu, untuk melihat kamu! Bagaimana dengan make-up? ! Nanti habis dirosakkan oleh air.”
Tambah ibunya lagi: “Sebagai ibu, mak tak izinkan kamu solat sekarang! Wallahi… jika kamu ambil wuduk sekarang, mak akan tetap memarahi kamu.”
Anak perempuannya menjawab: “Wallahi… saya tidak akan pergi dari sini sehingga saya melakukan solat! Ibu sepatutnya tahu bahawa tidak ada ketaatan kepada mana-mana makhluk agar menderhaka kepada Maha Pencipta.!!”
Ibunya berkata: “Apa kata tetamu nanti jika kamu muncul dalam majlis perkahwinan sendiri tanpa make-up?! Tentu nampak hodoh atau tidak cantik di mata mereka! Mereka pasti akan mentertawakan kamu! “
Sambil tersenyum, anak perempuan itu bertanya: “Adakah ibu bimbang kerana saya tidak cantik di mata mereka? Bagaimana pula dengan Maha Pencipta saya? Saya bimbang kerana, jika saya terlepas solat saya, saya tidak lagi cantik di mata-Nya “
Dia mula berwuduk, dan semua make-up pada wajah telah hilang, tetapi dia tidak peduli.
Kemudian dia memulakan solat itu dan pada masa dia turun untuk sujud, dia tidak sedar bahawa ia akan menjadi satu sujud yang terakhir!
Ya! Beliau meninggal dunia ketika dalam sujud! Pengakhiran yang besar bagi Muslimah yang berkeras untuk mentaati Tuhannya! Ramai antara mereka yang mendengar cerita ini begitu tersentuh!!
Beliau mengutamakan Allah dan ketaatan kepadaNya sebagai yang pertama dalam keutamaan hidup beliau, jadi pengakhiran terbaik yang dianugerahkan oleh Allah pada mana-mana umat Islam yang layak memilikinya!
Dia mahu menjadi lebih dekat kepada-Nya, maka Allah mengambil nyawanya pada saat di mana umat Islam berada paling dekat kepada-Nya! SubhanAllah!
Dia tidak peduli jika dia tidak indah di mata makhluk, asalkan dia cantik pada Maha Pencipta!
Wahai saudari Muslimah, bayangkan jika anda berada di tempat itu! Apa yang anda akan lakukan? Apa yang anda akan pilih: pujian manusia atau Maha Pencipta?
Wahai sekelian insan! Adakah kita ada jaminan bahawa kita akan hidup untuk minit seterusnya? Jam? Atau bulan?!!
Tiada siapa tahu apabila saat mereka akan datang? Atau bila kita akan bertemu malaikat Maut? Jadi, adakah kita bersedia untuk saat itu?
Wahai muslimah! Apa yang anda pilih: bersantai tanpa hijab atau dirahmati Allah dengan memakai hijab?
Adakah kita bersedia untuk menemui Allah tanpa hijab?
[Diceritakan oleh Syeikh ‘Abdul Mohsen al Ahmad’, ia berlaku di Abha (Ibu Negeri Asir di Arab Saudi)]
ps: Buat adik-adik bakal pengantin, walau sehebat mana sekalipun majlis perkahwinan anda, walau secantik mana sekalipun dandanan anda, jangan tingal Solat apabila tiba waktunya...
Biarlah kita tidak hebat dan tidak cantik dimata manusia tapi hebat dan cantik disis Allah...
Mohon SHARE

Pengorbanan Ayah


Apakah kau pernah melihat ayah lelah bekerja ?
Apakah kau pernah enggan membantu ayah?
Dan apakah kau MALU dengan pekerjaan ayah?



 *Dear, Ayah….

ayah aku MALU, MALU,MALU
 dengan pekerjaan mu yang hanya seorang petani.

kenapa kita miskin?
kenapa kau tidak lebih berusaha agar kita hidup
 kecukupan dan banyak harta
 Ada gurat malu di wajahku ketika teman-teman ku
 menanyakan pekerjaan ayah
kenapa dulu ayah enggan bekerja lebih  keras lagi
kini aku dan ibu ikut menanggung malu
kau hanyalah seorang pemalas
 yang enggan berjuang demi keluarga 
kau tak pantas di sebut seorang Ayah.



*Dear, Ayah..

Terimakasih telah kau 

abdikan seluruh hidupmu untuk ku.

kau pinjamkan tangan ketika aku belajar berdiri

kau pinjamkan kaki ketika aku pergi kesekolah

kau pinjamkan air matamu ketika aku terluka

Ayah..

dunia ini sangat kejam,

tapi kau pinjam kan seluruh tubuhmu untuk melindungi ku.

terkadang tutur kata ku menggores hatimu,

tapi kau pinjamkan senyum untuk menutupinya.

terkadang perbuatanku nakal dan mengundang amarah,

tapi kau pinjamkan kasih sayang sebagai peredam.



 Aku sering lalai akan rasa syukur.

Aku malu

Mungkin aku takkan pernah bisa

 mengganti ribuan peluh mu ketika mencari nafkah.

kini aku sadar,

anugerah terindah yang diberikan Allah adalah

memilikimu dan berbakti kepadamu 




 buah karya...
Evi Imroatu Fadhillah









 

muhasabah pagi ini


Sahabat ‘Uqbah bin Amir pun mengungkapkan bahwa Rasulullah saw.
pernah menasihati dirinya sebagai berikut.
“ Wahai ‘Uqbah, maukah engkau kuberitahukan tentang akhlak
penghuni dunia dan akhirat yang paling
utama?
Yaitu menghubungi orang yang
memutuskan hubungan denganmu,
memberi orang yang pernah menahan
pemberiannya kepadamu, dan
memaafkan orang-orang yang pernah
menganiayamu. ”
(HR Hakim)

cinta

Apa itu cinta?
Cinta itu apa?
Apa itu apa?
Itu apa itu?
Cinta itu cinta?
Cinta apa cinta?
Lalu cinta apa itu?
Cinta milik siapa?
Siapa milik cinta?
Aku milik siapa?
Siapa milikku?
Aku milik mu?
Engkau milikku?
UNTUK KITA RENUNGKAN

Wahai Ukhti Apa Yang Engkau Harap Dari Seorang Ikhwan...??

Wahai ukhti jika yang kau harap dari seorang ikhwan adalah ketampanannya
maka kau akan mendapatkannya.
namun
kau takkan mendapatkan
ketampanan
hatinya,.
Wahai ukhti srikandiku.. jika engkau
mengharapkan seorang ikhwan dari
kekayaan hartanya maka engkau
akan
mendapatkannya namun jangan
pernah
berharap kau kan mendapat
kekayaan
hatinya,..
Wahai ukhti muslimahku.. jika kau
slalu
berharap pada seorang ikhwan yang
tinggi
kedudukan pangkatnya dalam hal
duniawi
maka engkau juga akan
mendapatkannya
namun jangan berharap dia akan
bisa
membimbing dan membawamu
dalam
kebahagiaan akhirat kelak,.
Wahai ukhti sebenarnya apa
maumu..
ketika ada seorang ikhwan yang
baik
agamanya dan ingin berta’aruf
denganmu
sesuai yang diajarkan Rasulullah
saw pada
umatnya engkau malah menolak
dia,.
Wahai srikandi putri muslimahku..
ingatlah
Rasulullah saw pernah
bersabda :”Barangsiapa diantara
kamu
(kaum muslimin) menolak pinangan
(dlm masa ta’arauf) seorang muslim/muslimah
lainnya sedangkan dia baik
agamanya,tunggulah sesuatu hal
yang
besar (fitnah dunia) akan
menimpamu” ,.
Wahai ukhti.. Tafakuruu fil qolbi
ukhti apa
yang sebenarnya kau cari untuk
kehidupanmu didunia dan akhirat
nanti,apa
yang kau harap dalam pengejaran
dunia
yang hanya fatamorgana
pandangan
buaian kebahagiaan sesaat,..
Wahai ukhti.. kau sungguh cantik
namun
mengapa kau tak cantik dimataku..
Wahai
ukhti engkau sungguh rajin dalam
beribadah namun mengapa kau tak
mulia
karnanya..
Ukhti muslimahku mungkin engkau
akan
bertanya-tanya dengan dua kalimat
itu
maka akan ku jawab agar kau dapat
merenungkannya..
“ukhti kau tak tampak cantik
dimataku
karna kau pamerkan kecantikan
fisikmu
untuk nafsu dunia yang menjadi
kebanggaanmu sedangkan kau
biarkan
hatimu buruk karna hilangnya
imanmu”
“ukhti engkau rajin beribadah
namun
mengapa kau tak mulia karnanya,itu
karna
ibadahmu bukan atas mengharap
ridha
Allah tapi untuk dunia mu agar kau
dipandang sebagai seorang
muslimah
shalehah dan hatimu tak ada rasa
ikhlas
dlm menjalani ibadahmu itu karna
kau
hanya menunjukan sifat
RIYA..RIYA..RIYA..
dan RIYA mu itu agar semua orang
tau
kalau kau rajin beribadah dalam
keseharianmu”
Wahai ukhti bukan itu sifat seorang
muslimah shalehah karna seorang
muslimah shalehah slalu
menundukan
pandangan,menjaga lisan,berpikir
bijak
dan slalu ikhlas dlm hati nya,dan jika
dia
memutuskan sesuatu perkara dalam
hidupnya maka dia akan slalu
mengakhiri
kata-katanya itu dengan kalimat
“karna Allah” ,renungkanlah wahai ukhti
muslimah
srikandiku pencipta generasi
ghuroba
didunia ini,pertimbangkanlah selalu
apa
yang akan engkau putuskan seperti
hal
nya ta’aruf jangan engkau
menolaknya
karna kau tak punya perasaan lebih
(cinta/
suka) namun jalanilah dahulu karna
jika
engkau tak mencoba menjalani nya
maka
engkau takkan pernah bisa
mengenalnya
lebih jauh namun jika engkau berta’aruf
maka haruslah engkau didampingi mahrammu(ibu/bapak/adik/kakak/
saudara) agar kalian dapat tetap
saling
menjaga hijab juga agar terhindar
dari
fitnah..
~ RENUNGKANLAH YA UKHTI FILLAH SEBAB MEKARMU HANYA SEKALI ~

Senin, 07 Juli 2014

kisah inspirasi dalam pernikahan



AKAN KUGENDONG ENGKAU SAMPAI AJAL TIBA

Suatu malam ketika aku kembali ke rumah, istriku menghidangkan makan malam untukku, sambil memegang tangannya aku berkata; “Saya ingin mengatakan sesuatu kepadamu.” Istriku lalu duduk disamping sambil menemaniku menikmati makan malam dengan tenang. Dari raut wajah dan matanya kutahu dia sedang memendam luka batin yang membara.

Tiba-tiba aku tidak tahu harus memulai percakapan dari mana. Kata-kata rasanya berat keluar dari mulutku. Akan tetapi aku harus membiarkan istriku mengetahui apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sebuah perceraian diantara kami. Aku lalu memberanikan diri untuk membicarakannya dengan tenang. Nampaknya dia tidak terganggu sama sekali dengan pembicaraanku, dia malah balik dan bertanya kepadaku dengan tenang, tapi mengapa?

Aku menolak menjawabnya. Ini membuatnya sungguh marah kepadaku. Dia membuangchoptiks di tangannya dan mulai berteriak kepadaku, “engkau bukan seorang laki-laki sejati.” Malam itu kami tidak saling bertegur sapa. Dia terus menangis dan menangis. Aku tahu bahwa dia ingin mengetahui alasan dibalik keinginanku untuk bercerai. Tetapi aku dapat memberinya sebuah jawaban yang memuaskan; “Dia telah menyebabkan kasih sayangku hilang terhadap Jane (wanita simpananku). Aku tidak mencintainya lagi. Aku hanya kasihan kepadanya.”

Dengan sebuah rasa bersalah yang dalam, aku membuat sebuah pernyataan persetujuan untuk bercerai bahwa dia dapat memiliki rumah kami, mobil dan 30% dari keuntungan perusahaan kami. Dia sungguh marah, merobek kertas itu. Wanita yang telah menghabiskan 10 tahun hidupnya bersamaku kini telah menjadi orang asing di rumah kami, khususnya di hatiku. Aku meminta maaf untuknya, untuk waktunya yang telah terbuang selama 10 tahun bersamaku, untuk semua usaha dan energy yang diberikan kepadaku tapi aku tidak dapat menarik kembali apa yang telah kukatakan kepada Jane bahwa aku sungguh mencintainya. Akhirnya dia menangis dengan suara keras di hadapanku yang mana Aku sendiri berharap melihat terjadi padanya. Bagiku tangisannya tidak mempunyai makna apa-apa. Keinginanku untuk bercerai di hati dan pikiranku telah bulat dan aku harus melakukannya saat itu.

Hari berikutnya, ketika saya kembali ke rumah sedikit larut kutemukan dia sedang menulis sesuatu di atas meja di ruang tidur kami. Aku tidak makan malam tapi langsung pergi tidur karena rasa ngantuk yang tak tertahankan akibat rasa capai sesudah seharian bertemu dengan Jane, wanita idamanku saat itu. Ketika terbangun kulihat dia masih duduk di samping meja itu sambil melanjutkan tulisannya. Aku tidak menghiraukannya dan kembali meneruskan tidurku.
Pagi harinya dia menyerahkan syarat-syarat perceraian yang telah ditulisnya sejak semalam kepadaku; Dia tidak menginginkan sesuatupun dariku, tetapi hanya membutuhkan waktu sebulan sebelum percerain untuk saling memperlakukan sebagai suami-istri dalam arti sebenarnya. Dia memintaku dalam sebulan itu kami berdua harus berjuang untuk hidup normal layaknya suami-istri. Alasannya sangat sederhana; “Putra kami akan menjalani ujian dalam bulan itu sehingga dia tidak ingin mengganggunya dengan rencana perceraian kami.”

Aku menyetujui syarat-syarat yang dia berikan. Akan tetapi dia juga meminta beberapa syarat tambahan sebagai berikut; Dalam rentang waktu sebulan itu, aku harus mengingat kembali bagaimana pada permulaan pernikahan kami, aku  harus menggendongnya sambil mengenang kembali saat pesta pernikahan kami. Dia memintaku untuk menggendongnya selama sebulan itu dari kamar tidur sampai di muka pintu depan setiap pagi. Aku pikir dia sudah gila. Akan tetapi, biarlah kucoba untuk membuat hari-hari terakhir kami menjadi indah untuk memenuhi permintaannya kepadaku demi meluluskan perceraian kami.

Aku menceritakan kepada Jane (wanita simpananku) tentang syarat-syarat yang ditawarkan oleh istriku. Jane tertawa terbahak-bahak mendengarnya dan berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang aneh dan tak bermakna. Terserah saja apa yang menjadi tuntutannya tapi yang pasti dia akan menghadapi perceraian yang telah  kita rencanakan, demikian kata Jane.

Kami tak lagi berhubungan badan layaknya suami-istri selama waktu-waktu itu. Sehingga sewaktu aku menggendongnya keluar menuju pintu rumah kami pada hari pertama, kami tidak merasakan apa-apa. Putra kami melihatnya dan bertepuk tangan dibelakang kami, sambil berkata, wow…papa sedang menggendong mama. Kata-kata putra kami sungguh membuat luka di hatiku.

Dari tempat tidur sampai di pintu depan aku menggendong dan membawanya sambil tangannya memeluk eratku. Dia menutup mata sambil berkata pelan; “Jangan beritahukan perceraian ini kepada putra kita.” Aku  menurunkannya di depan pintu. Dia lalu pergi ke depan rumah untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat kerjanya. Sedangkan aku mengendarai mobil sendirian ke kantorku.

Pada hari kedua, kami berdua melakukannya dengan lebih mudah. Dia merapat melekat erat di dadaku. Aku dapat mencium dan merasakan keharuman tubuh dan pakaianya. Aku menyadari bahwa aku tidak memperhatikan wanita ini dengan saksama untuk waktu yang sudah agak lama. Aku menyadari bahwa dia tidak muda lagi seperti dulu. Ada bintik-bintik kecil di raut wajahnya, rambutnya mulai beruban! Perkawinan kami telah membuatnya seperti itu. Untuk beberapa menit aku mencoba merenung tentang apa yang telah kuperbuat kepadanya selama perkawinan kami.
Pada hari yang ke empat, ketika aku menggendongnya, aku merasa sebuah perasaan kedekatan/keintiman yang mulai kembali merebak di relung hatiku yang paling dalam. Inilah wanita yang telah memberi dan mengorbankan 10 tahun kehidupannya untukku. Pada hari keenam dan ketujuh, aku mulai menyadari bahwa kedekatan kami sebagai suami-istri mulai tumbuh kembali di hatiku. Aku tidak mau mengatakan perasaan seperti ini kepada Jane (wanita yang akan kunikahi setelah perceraian kami). Aku pikir ini akan lebih baik karena aku hanya ingin memenuhi syarat yang dia minta agar nantinya aku bisa menikah dengan wanita yang sekarang aku cintai, si Jane.

Aku memperhatikan ketika suatu pagi dia sedang memilih pakaian yang hendak dia kenakan. Dia mencoba beberapa darinya tapi tidak menemukan satu pun yang cocok untuk tubuhnya. Dia lalu sedikit mengeluh, semua pakaianku terasa terlalu besar untuk tubuhku sekarang. Aku kemudian menyadari bahwa dia semakin kurus, dan inilah alasannya mengapa aku dapat dengan mudah menggendongnya pada hari-hari itu.

Tiba-tiba kenyataan itu sangat menusuk dalam di hati dan perasaanku…Dia telah memendam banyak luka dan kepahitan hidup di hatinya. Aku lalu mengulurkan tanganku dan menyentuh kepalanya.

Tiba-tiba putra kami muncul pada saat it dan berkata, “Papa, sekarang waktunya untuk menggendong dan membawa mama.” Baginya, menggendong dan membawa ibunya keluar menjadi sesuatu yang penting dalam hidupnya. Istriku mendekati putra kami dan memeluk erat tubuhnya penuh keharuan. Aku memalingkan wajahku ke arah yang berlawanan karena takut situasi istri dan putraku akan mempengaruhi dan mengubah keputusanku untuk bercerai pada saat-saat akhir memenuhi syarat-syaratnya. Aku lalu mengangkatnya dengan kedua tanganku, berjalan dari kamar tidur kami, melalui ruang santai sampai ke pintu depan. Tangannya melingkar erat di leherku dengan lembut dan sangat romantis layaknya suami-istri yang hidupnya penuh kedamaian dan harmonis satu dengan yang lain. Aku pun memeluk erat tubuhnya; dan ini seperti moment hari pernikahan kami 10 tahun yang lalu.

Akan tetapi tubuhnya yang sekarang ringan membuatku sedih. Pada hari terakhir, ketika aku menggendongnya dengan kedua lenganku aku merasa sangat berat untuk menggerakkan  walaupun cuma selangkah ke depan. Putra kami telah pergi ke sekolah. Aku memeluk eratnya sambil berkata, aku tidak pernah memperhatikan selama ini bahwa hidup perkawinan kita telah kehilangan keintiman/keakraban satu dengan yang lain. Aku mengendarai sendiri kendaraan ke kantorku….melompat keluar dari mobilku tanpa mengunci pintunya. Aku sangat takut jangan sampai ada sesuatu yang membuatku mengubah pikiranku. Aku naik ke lantai atas. Jane membuka pintu dan aku berkata kepadanya, Maaf, Jane, Aku tidak ingin menceraikan istriku.

Jane memandangku penuh tanda tanya bercampur keheranan, dan kemudian menyentuh dahiku dengan jarinya. Apakah badanmu panas? Dia berkata. Aku mengelak dan mengeluarkan tangannya dari dahiku. Maaf, Jane, aku tidak akan bercerai. Hidup perkawinanku terasa membosankan karena dia dan aku tidak memakna secara detail setiap moment kehidupan kami, bukan karena kami tidak saling mencintai satu sama lain. Sekarang aku menyadari bahwa sejak aku menggendong dan membawanya setiap pagi, dan terutama kembali mengingat kenangan hari pernikahan kami aku memutuskan untuk tetap akan menggendongnya sampai hari kematian kami tak terpisahkan satu dari yang lain. Jane sangat kaget mendengar jawabanku. Dia menamparku dan kemudian membanting pintu dengan keras dan mulai meraung-raung dalam kesedihan bercampur kemarahan terhadapku. Aku tidak menghiraukannya. Aku menuruni tangga dan mengendarai mobilku pergi menjauhinya. Aku singgah di sebuah tokoh bunga di sepanjang jalan itu, aku memesan bunga untuk istriku. Gadis penjual bunga bertanya apa yang harus kutulis di kartunya. Aku tersenyum dan menulis; “Aku akan menggendongmu setiap pagi sampai kematian menjemput.”

Petang hari ketika aku tiba di rumah, dengan bunga di tanganku, sebuah senyum indah di wajahku, aku berlari kecil menaiki tangga rumahku, hanya untuk bertemu dengan istiriku dan menyerahkan bunga itu sambil merangkulnya untuk memulai sesuatu yang baru dalam perkawinan kami, tapi apa yang kutemukan? Istriku telah meninggal di atas tempat tidur yang telah kami tempati bersama selama 10 tahun pernikahan kami. Istriku telah berjuang melawan kanker ganas yang telah menyerangnya berbulan-bulan tanpa pengetahuanku karena kesibukanku untuk menjalin hubungan asmara dengan Jane. Istriku tahu bahwa dia akan meninggal dalam waktu yang relatif singkat akibat kanker ganas itu, dan ia ingin menyelamatkanku dari apapun pandangan negatif yang mungkin lahir dari putra kami sebagai reaksi atas kebodohanku sebagai seorang suami dan ayah, terutama rencana gila dan bodohku untuk menceraikan wanita yang telah berkorban selama sepuluh tahun mempertahankan pernikahan kami dan demi putra kami…

----sekurang-kurangnnya, di mata putra kami – aku adalah seorang ayah yang penuh kasih dan sayang….demikianlah makna dibalik perjuangan istriku.

Sekecil apapun dari peristiwa atau hal dalam hidup sangat mempengaruhi hubungan kita. Itu bukan tergantung pada uang di bank, mobil atau kekayaan apapun namanya. Semuanya ini bisa menciptakan peluang untuk menggapai kebahagiaan tapi sangat pasti bahwa mereka tidak bisa memberikan kebahagiaan itu dari diri mereka sendiri. Suami-istrilah yang harus saling memberi demi kebahagiaan itu.

Karena itu, selalu dan selamanya jadilah teman bagi pasanganmu dan buatlah hal-hal yang kecil untuknya yang dapat membangun dan memperkuat hubungan dan keakraban di dalam hidup perkawinanmu. Milikilah sebuah perkawinan yang bahagia. Kamu pasti bisa mendapatkannya, kawan!

Jika engkau tidak ingin membagi cerita ini, pasti tidak akan terjadi sesuatu padamu di hari-hari hidupmu.

Akan tetapi, kita engkau mau membagi cerita ini kepada sahabat kenalanmu, maka satu hal yang pasti bahwa Tuhan sedang menggunakanmu untuk  menyelamatkan perkawinan orang lain, terutama mereka yang sekarang mengalami masalah dalam pernikahan mereka.


Salam dan doa seorang sahabat untuk para sahabat yang menikah maupun
yang berencana untuk menikah,

kisah teladan Rasulullah SAW

KETIKA PERUT RASULULLAH
BERBUNYI
(Yang cinta pada Rasulullah
jangan lupa share kepada
saudara-saudara muslim yang
lain)
Suatu ketika Rasulullah SAW
menjadi imam solat. Para sahabat
yang menjadi makmum di
belakangnya mendengar bunyi
menggerutup seolah-olah sendi-
sendi pada tubuh Rasulullah
bergeser antara satu sama lain.
Saidina Umar yang tidak tahan
melihat keadaan baginda itu
langsung bertanya setelah
selesai sholat,
”Ya Rasulullah, kami melihat
seolah-olah tuan menanggung
penderitaan yang amat berat,
apakah Anda sakit?”
Namun Rasulullah menjawab,
”Tidak. Alhamdulillah, aku sihat
dan segar.”
Mendengar jawapan ini Sahabat
Umar melanjutkan
pertanyaannya,
”Lalu mengapa setiap kali engkau
menggerakkan tubuh, kami
mendengar seolah-olah sendi
bergesekan di tubuh tuan? Kami
yakin engkau sedang sakit…”
Melihat kecemasan di wajah para
sahabatnya,Rasulullah pun
mengangkat jubahnya. Para
sahabat amat terkejut. Ternyata
perut Rasulullah yang kempis,
kelihatan dililiti sehelai kain yang
berisi batu kerikil untuk menahan
rasa lapar. Batu-batu kecil itulah
yang menimbulkan bunyi-bunyi
halus setiap kali tubuh Rasulullah
bergerak.
Umar memberanikan diri berkata,
”Ya Rasulullah! Adakah bila
engkau menyatakan lapar dan
tidak punya makanan, lalu kami
hanya akan tinggal diam?”
Rasulullah menjawab dengan
lembut,
”Tidak para sahabatku. Aku
tahu, apa pun akan engkau
korbankan demi Rasulmu ini.
Tetapi apakah yang akan aku
jawab di hadapan Allah nanti,
apabila aku sebagai pemimpin,
menjadi beban bagi umatnya?”
Para sahabat hanya terpegun.
Rasulullah melanjutkan, ”Biarlah
kelaparan ini sebagai hadiah Allah
buatku, agar umatku kelak tidak
ada yang kelaparan di dunia ini
lebih-lebih lagi tiada yang
kelaparan di Akhirat kelak.”
MasyaAllah betapa cintanya
Rasulullah kepada
umatnya...semoga kelak di
akhirat nanti kita mendapatkan
Syafa'atul Udzmah di Yaumil
Qiyamah nanti..dan kita di
kukuhkan keimanan serta
keIslaman kita agar terus
meneladaninya...

Senin, 07 April 2014

Asal Usul nama Fadhillah Al-firhi yang terinspirasi oleh Pendiri Pertama Universitas di Dunia

Pendiri Pertama Universitas di Dunia ternyata seorang Muslimah

WOW pendiri pertama universitas di dunia ternyata seorang muslimah. Fakta yang dilupakan dunia, orang awam pun takkan mengira pendiri pertama universitas di dunia  ternyata seorang muslimah. Kaum hawa patut bangga.
Universitas Al Karaouine (Al-Qarawiyyin) adalah Universitas Pertama di dunia. Taukah anda siapa yang pertama kali mendirikan universitas? Jauh sebelum Al Azhar, Cambridge, Harvard, Oxford didirikan ternyata Fathimah Al-Fihri pada 859 mendirikan pemberian Universitas Qarawiyyin di Fes, Morroco. Pendiri pertama universitas  di dunia ternyata seorang muslimah yang bernama Fathimah Al-Fihri.
Fatima Muhammad Al-Fihri dijuluki Oum al Banine, berarti ibu dari anak-anak adalah seorang wanita Muslim terutama dikenal sebagai pendiri pemberian gelar akademis pertama di dunia lembaga pendidikan tinggi, yang masih berdiri saat ini sebagai Universitas Qarawiyyin di Fes, Morroco.
pendiri pertama universitas di dunia ternyata seorang muslimah
Fathimah Al-Fihri lahir di Tunisia 800-880 M dalam sebuah keluarga yang sangat kaya dan keturunan bangsawan. Meskipun berasal dari keluarga kaya dan bangsawan, mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi. Ayah Fathimah bernama Muhammad Al-Fihri, seorang pengusaha sukses di kota Tunisia yang kemudian bermigrasi ke Fes, Maroko pada masa pemerintahan Raja Idris II.
Fathimah Al-Fihri mempunyai saudara perempuan yang bernama Maryam. Kedua kakak-beradik itu merupakan putri-putri yang shalihah dan berpendidikan. Mereka pun sangat mencintai ilmu agama Islam dan sains, khususnya arsitektur.
Setelah melakukan perjalanan dengan ayahnya dan menetap di distrik barat kota Fes Maroko, Fathimah dan Maryam mempunyai visi dan misi untuk kemajuan masyarakat di kota tersebut. Mereka bergaul dengan masyarakat tanpa memandang kelas sosial. Sebagai langkah awal, Fathimah Al-Fihri bersama kakaknya membentuk komunitas studi.
Fathimah menyadari pentingnya memiliki pusat-pusat studi keagamaan untuk menjaga pengetahuan Islam dan mengembangkan masyarakat intelektual. Untuk mencapai hal-hal tersebut, ia rela menyumbangkan kekayaan warisannya.
Setelah Fatima dan Mariam mewarisi harta dari ayah mereka memutuskan untuk melakukan pembangunan masjid atau pun lembaga pendidikan-seperti Qarwiyyin masjid-sebagai wakaf (badan amal atau lembaga) sebagai Shadaqah jariyah untuk almarhum ayah mereka .
pendiri pertama universitas di dunia
Pada 859, Fatima mendirikan pemberian gelar akademis pertama di dunia lembaga pendidikan tinggi, yang kini masih beroperasi sebagai Universitas Qarawiyyin di Fes, Morroco. Universitas Qarawiyyin dianggap sebagai pusat intelektual utama dalam Mediterania bahwa reputasi yang sangat baik bahkan memimpin Gerber dari Auvergne untuk belajar di dalamnya. Auvergne kemudian melanjutkan untuk menjadi Paus Silvester II dan telah diberi kredit memperkenalkan angka Arab & nol ke seluruh Eropa.
Kisah hidup tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.
Guiness Book of World Records telah mencatat kampus ini sebagai kampus tertua di dunia. Banyak sudah ilmuwan terkemuka yang lulus dari universitas tersebut. Di antara ilmuwan terkemuka yang menjadi alumni kampus tertua ini terdapat beberapa nama seperti Ibn Rushayd Al-Sabti (wafat 1321), Mohammed Ibn Al-Hajj Al-Abdari Al-Fasi (wafat 1336), Abu Imran Al-Fasi (wafat 1015), Allal al-Fassi, Leo Africanus, Abd el-Krim el-Khattabi, Ibn Khaldun, Maimonides, Muhammad Taqi-ud-Din al-Hilali, Abdullah al-Ghumari dan beberapa tokoh lain. Tak hanya tokoh Islam, sebagian tokoh Yahudi juga pernah kuliah di kampus ini.
Universitas Al-Qarawiyyin adalah contoh sempurna tentang bagaimana Islam menggabungkan spiritual dengan pendidikan dan bahwa Islam tidak terpisah dari urusan kehidupan. Ini bukan hanya sebuah contoh bagaimana pendidikan dan agama bergabung disudut kecil dunia, tetapi menyoroti peran terhormat perempuan dalam masyarakat Islam yang merupakan aspek Islam yang sering disalahpahami.
Selain itu, selama abad pertengahan, Universitas Al-Qarawiyyin dianggap sebagai pusat intelektual utama di Mediterania. Reputasi yang sangat baik bahkan menyebabkan Gerber dari Auvergne belajar di Masjid. Gerber kemudian menjadi Paus Silvester II dan telah memperkenalkan angka Arab dan nol ke seluruh Eropa. Universitas ini tercatat lebih tua dibanding Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir. Situs tersebut mencatat, Universitas Al Azhar didirikan tahun 970-972. Fatima Al-Fihri meninggal dunia pada tahun 880, semoga kisah hidupnya menginspirasi kita semua.
Selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya yang tinggi (Jacques C. Reister).
Peradaban berhutang besar pada Islam (Presiden AS, Barack Obama).
Jangan pernah lupakan sejarah. Islam pernah menguasai dunia dan banyak mewariskan ilmu pengetahuan serta membangun peradaban.



karena Fatimah Alfirhi  adalah salah satu perempuan yang menginspirasi Evi imroatu fadhillah maka dari itu tercetuslah nama FADHILLAH AL-FIRHI

Kamis, 20 Maret 2014

KISAH TAUBAT NASHUHA



 


Assalamualaikum..
berikut adalah kisah taubat salah satu hamba Allah..
sebelum ke cerita mari kita simak pengertian dan ciri-ciri taubat nashuha.

Taubat nasuha merupakan sejenis taubat yang sebenar-benarnya taubat dengan janji yang ditepati tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan yang salah atau dosa tersebut.
Taubat nasuha dalam lingkup sederhana merupakan taubat dengan kesungguhan diri kepada Allah SWT. dengan berazam tidak akan mengulangi perbuatan yang sama buat kali kedua.
Ciri-ciri taubat nasuha.
1. Menyesal.
Adanya penyesalan setelah menjerumuskan diri dengan dosa dan kenistaan; adanya penyesalan setelah bercakap kotor; penyesalan ketika mata melihat kemaksiatan; penyesalan ketika menyakiti orang, adalah sikap-sikap yang menunjukkan adanya kecenderungan untuk bertaubat nasuha. Orang yang tidak menyesal, tidak termasuk taubat. Orang yang bangga dengan dosa-dosa yang pernah dilakukannya, menunjukkan bahawa dia belum sungguh-sungguh untuk bertaubat.
2. Memohon ampun kepada Allah.
Memohon ampun kepada Allah boleh dilakukan dengan cara mengucapkan istigfar sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Adam as dan Nabi Yunus as di dalam Al-Quran. Di samping itu, memohon ampun seharusnya dilakukan secara sungguh-sungguh dari hati yang paling dalam. Inilah salah satu tanda orang yang bersungguh-sungguh dalam taubatnya. Begitu pula dengan ungkapan sedih, menitiskan air mata, dan menggigilnya perasaan adalah ekspresi dari penyesalan yang mendalam.
3. Bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi
Bukan sekadar tidak melakukan dosa, berfikir ke arah sana sahaja tidak boleh. Memang, kita dikurniakan kecenderungan untuk berbuat hal-hal yang negatif. Akan tetapi, bukan bererti harus dituruti. Namun, untuk dihindari, kerana itulah yang akan membuatkan kita mendapatkan ganjaran dari Allah SWT.

Ciri taubat yang diterima.
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab "Muqasysyafatul Qulub", ada beberapa ciri yang menunjukkan taubat seseorang diterima, di antaranya.

1. Orang tersebut terlihat lebih bersih dan lebih terpelihara daripada perbuatan maksiat.
Hal itu terjadi kerana dia lebih dapat menahan diri. Dia seolah-olah mempunyai naluri yang memahami. Naluri hatinya ini seakan membuat dirinya terhalang daripada melakukan perbuatan dosa.
2. Orang yang taubatnya diterima, hatinya selalu lapang dan gembira.
Dia merasakannya baik dalam keadaan sendiri mahupun ramai. Hati orang ini dihibur oleh Allah sehingga jernih dan lapang.
3. Dia selalu bergaul dengan orang-orang yang soleh dan mencari lingkungan yang baik pula.
Orang yang sudah bertaubat, namun masih kembali ke lingkungan yang tidak baik bermaksud dia belum sungguh-sungguh melakukan taubat. Lain halnya jika dia kembali ke lingkungan yang sama dengan niat untuk mengubah lingkungan itu. Mencari lingkungan yang baik adalah salah satu bahagian yang akan membuatkan agama kita terpelihara.
4. Tingkat amalannya semakin meningkat.
Selain menahan diri daripada perbuatan maksiat, dia juga semakin meningkatkan kualiti solatnya, saumnya istikamah, malamnya dihidupkan dengan tahajud, dan sedekahnya terus meningkat. Inilah ciri-ciri orang yang taubatnya diterima.

5. Dia sentiasa menjaga lidahnya.
Dia juga sangat serius dalam melakukan amal-amalnya. Semakin hari, kualiti amalnya semakin terus bergerak ke arah yang lebih baik. Dia memiliki kualiti pengendalian lisan dan pikiran dengan baik. Ingatannya selalu kembali kepada Allah. Hal itu dia lakukan secara maksimal sehingga cinta dan kerinduannya kepada Allah semakin mendalam.

 yuk..
 kita simak cerita berikut ini....
Imam Muslim dalam Shahihnya , dan juga para penulis kitab sunnah telah meriwayatkan sebuah kisah taubat yang paling mengagumkan yang diketahui oleh manusia. Pada suatu hari Rasulullah
duduk di dalam masjid, sementara para sahabat beliau duduk mengitari beliau. Beliau mengajari, mendidik dan mensucikan (hati) mereka.
Majelis tersebut dipenuhi oleh sahabat besar Nabi .
Tiba-tiba datanglah seorang wanita berhijab masuk ke pintu masjid. Kemudian Rasul pun diam, dan diam pula para sahabat beliau .
Wanita tersebut menghadap dengan perlahan, dia berjalan dengan penuh gentar dan takut, dia lemparkan segenap penilaian dan pertimbangan manusia, dia lupakan aib dan keburukan, tidak takut kepada manusia, atau mata manusia dan apa yang akan dikatakan oleh manusia.


Hingga dia sampai kepada Rasulullah , kemudian dia berdiri di hadapan beliau, dan mengabarkan kepada beliau bahwa dia telah berzina!!
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah melakukan (maksiat yang mewajibkan adanya) hukuman had (atasku), maka sucikanlah aku!”
Apa yang diperbuat oleh Rasulullah ?!
Apakah beliau meminta persaksian dari para sahabat atas wanita tersebut?
Tidak, bahkan memerahlah wajah beliau hingga hampir-hampir meneteskan darah. Kemudian beliau mengarahkan wajah beliau ke arah kanan, dan diam, seakan-akan beliau tidak mendengar sesuatu. Rasulullah berusaha agar wanita ini mencabut perkataannya, akan tetapi wanita tersebut adalah wanita yang istimewa, wanita yang shalihah, wanita yang keimanannya telah menancap di dalam hatinya. Maka Nabi bersabda kepadanya: “Pergilah, hingga engkau melahirkannya.”

Berlalulah bulan demi bulan, dia mengandung putranya selama 9 bulan, kemudian dia melahirkannya. Maka pada hari pertama nifasnya, diapun datang dengan membawa anaknya yang telah diselimuti kain dan berkata: “Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina, inilah dia, aku telah melahirkannya, maka sucikanlah aku wahai Rasulullah!”
Maka Nabipun melihat kepada anak wanita tersebut, sementara hati beliau tercabik-cabik karena merasakan sakit dan sedih, dikarenakan beliau menghidupkan kasih sayang terhadap orang yang berbuat maksiat.
Siapa yang akan menyusui bayi tersebut jika ibunya mati? Siapakah yang akan mengurusi keperluannya jika had (hukuman) ditegakkan atas ibunya?
Maka Nabi bersabda: “Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku.”

Maka wanita itupun pergi ke rumah keluarganya, dia susui anaknya, dan tidaklah bertambah keimanannya di dalam hatinya kecuali keteguhan, seperti teguhnya gunung. Tahunpun bergulir berganti tahun. Kemudian wanita itu datang dengan membawa anaknya yang sedang memegang roti. Dia
berkata: “Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!”


Dia dan keadaannya sungguh sangat menakjubkan! Iman yang bagaimanakah yang membuatnya berbuat demikian. Tiga tahun lebih atau kurang, yang demikian tidaklah menambahnya kecuali kekuatan iman.
Nabi mengambil anaknya, seakan-akan beliau membelah hati wanita tersebut dari antara kedua lambungnya. Akan tetapi ini adalah perintah Allah, keadilan langit, kebenaran yang dengannya kehidupan akan tegak.
Nabi bersabda: “Siapa yang mengkafil (mengurusi) anak ini, maka dia adalah temanku di sorga seperti ini…” Kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut dirajam.
Dalam sebuah riwayat bahwa Nabi memerintahkan agar wanita itu dirajam, kemudian beliau menshalatinya. Maka berkatalah Umar : “Anda menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina.” Maka beliau bersabda:
“Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?” 
(HR. Ahmad)
Sesungguhnya ini adalah rasa takut kepada Allah.
 Sesungguhnya itu adalah perasaan takut yang terus menerus berada pada diri wanita mukminah tersebut saat dia terjerumus ke dalam jerat-jerat syetan, dia menjawab jerat-jerat tersebut pada saat lemah. Ya, dia telah berbuat dosa, akan tetapi dia
berdiri dari dosanya dengan hati yang dipenuhi oleh iman, dan jiwa yang digerakkan oleh panasnya maksiat. Ya, dia telah berdosa, akan tetapi telah berdiri pada hatinya tempat pengagungan terhadap Dzat yang dia bermaksiat kepada-Nya. Sesungguhnya ini adalah taubat sejati wahai hamba-hamba Allah.

Ya, ini taubat nashuha wahai hamba-hamba Allah.
 

kisah kekasih Allah

Kisah Uwais Al-Qarni - Terkenal Di Langit Sedangkan Di Bumi, Dia Disangka Orang Fakir



para pembacayang di rahmatiAllah..
Setiap orang yang hidup di atas muka bumi adalah ciptaan Tuhan yang unik.
jangan pernah merasa kurang karena Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk.
rasa kurang dalam diri justru akan mengurangi keiman dan dampak terbesar adalah mengkufuri nikmat Allah.
Rahasia setiap orang ada di sisi Tuhan Yang Esa. 
Dia Maha Mengetahui. Tidak semua orang yang mampu memahami mengikut kehendak Tuhan.
 Pandangan manusia terhadap manusia yang lain mempunyai tafsiran, sangkaan dan penilaian yang berbeda.
Ada manusia yang ketika di dunia, dia disanjung, dipuji dan dipuja sedangkan di sisi tuhan rupa-rupanya dialah manusia yang dilaknat Tuhan,(naudzubillah) Sebaliknya ada pula yang dikeji, dicaci nista di dunia tetapi pada Tuhan, merekalah para kekasihNya yang pilihan.
Hakikatnya Islam mengajar untuk bersangka baik (khusnudzan) dengan sesama manusia. Walaupun seseorang itu kafir, bersangka baiklah semoga dia beriman satu masa nanti. 
Inilah sunnah Baginda Nabi saw. 
Ketika Baginda berlindung di balik bukit Taif setelah dibaling dengan batu oleh kaum Bani Thaqif, 
Allah telah menghantar malaikat Jibril dan malaikat penjaga bukit-bukau dan gunung-ganang. Kata Jibril: "Wahai Rasulullah, Allah telah mengutuskan kami kepadamu. Kalau kamu mahu, perintahkan malaikat ini untuk mentelangkupkan Mekah diantara dua bukit dan mereka akan musnah". Jawab Rasulullah Saw: "Wahai Jibril, jangan lakukannya. Biarlah aku bersabar terhadap kaumku. Semoga Allah akan melahirkan dari zuriat mereka orang-orang yang beriman kepada Allah".

Marilah kita telusuri kisah menarik tentang Uwais AlQarni
seorang tabi'in yang hidup sezaman dengan Baginda Rasulullah saw. tetapi tidak berkesempatan bertemu dengan Baginda saw. Walaupun begitu kecintaan Uwais AlQarni terhadap Rasulullah saw sangat memenuhi seluruh jiwa raganya. 
Hati yang cinta dan rindukan Rasulullah saw itulah yang menghubungkannya dengan Baginda saw. Tanpa pernah bertemu tetapi Baginda saw. mengenalinya dengan tepat. Penduduk langit sangat memuji dan mendoakan Uwais kerana dirinya yang sangat memuliakan kekasih Allah iaitu Nabi Muhammad saw. 
Apa yang menarik ialah persoalan Uwais AlQarni berjaya menempuh jalan kepada Tuhan tanpa bertemu berbaiah dengan Nabi saw. Inilah kaedah atau hujjah yang diguna-pakai oleh para guru sufi yang tidak mempunyai silsilah ijazah amalan wirid daripada sesiapa pun gurunya. Sebaliknya mereka mendapatkannya terus dari Baginda saw atau Nabi Khidir as. Ikutilah kisahnya yang memperlihatkan betapa ruh itu saling berhubungan terutama dengan Rasulullah saw. Bahan ini Pak Lang petik dari web SARKUP, Indonesia. Pak lang tidak edit. Biarkan ianya dalam Bahasa Indonesia. Semoga dapat memahami.
:
 
“Sesungguhnya aku merasakan nafas ar-Rahman, nafas dari Yang Maha Pengasih, mengalir kepadaku dari Yaman!” Demikian sabda Nabi SAW tentang diri Uwais, yang kemudian dalam tradisi tasawuf menjadi contoh bagi mereka yang memasuki tasawuf tanpa dituntun oleh sang guru yang hidup.

Para sufi yang mengaku dirinya telah menempuh jalan tanpa pembai’atan formal kemudian disebut dengan istilah Uwaisi. Mereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf atau telah ditasbihkan oleh wali nabi yang misterius, Khidhir. 
Uwais yang bernama lengkap Uwais bin Amir al-Qarani berasal dari Qaran, sebuah desa terpencil . Tidak diketahui kapan beliau dilahirkan. Ia dilahirkan oleh keluarga yang taat beribadah. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan kecuali dari kedua orang tuanya yang sangat ditaatinya.

Untuk membantu meringankan beban orang tuanya, ia bekerja sebagai penggembala dan pemelihara ternak upahan. Dalam kehidupan kesehariannya ia lebih banyak menyendiri dan bergaul hanya dengan sesama penggembala di sekitarnya.

Oleh karenanya, ia tidak dikenal oleh kebanyakan orang di sekitarnya, kecuali para tuan pemilik ternak dan sesamanya, para penggembala. Hidupnya amat sangat sederhana. Pakaian yang dimiliki hanya yang melekat di tubuhnya. Setiap harinya ia lalui dengan berlapar-lapar  saja. Ia hanya makan buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah memakan makan yang dimasak atau diolah.

Oleh karenanya, ia merasakan betul derita orang-orang kecil di sekitarnya. Tidak cukup dengan empatinya yang sedemikian, rasa takutnya kepada Allah mendorongnya untuk selalu berdoa kepada Allah : “Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku, karena ada yang mati karena kelaparan, dan jangan Engaku menyiksaku karena ada yang kedinginan.” Ketaatan dan kecintaannya kepada Allah, juga termanifestasi dalam kecintaannya dan ketaatannya kepada Rasulullah dan kepada kedua orang tuanya, sangat luar biasa.

Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat kepada Allah swt. Hati dan lisannya tidak pernah lengah dari berdzikir dan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, meskipun ia sedang bekerja. ‘Ala kulli hal, ia selalu berada bersama Tuhan, dalam pengabdian kepada-Nya.

Rasulullah saw menuturkan keistimewaan Uwais di hadapan Allah kepada Umar dan Ali bahwa,” dihari kiamat nanti, disaat semua orang dibangkitkan kembali, Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya, sebanyak jumlah domba yang dimiliki Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak). Karena itu, Rasulullah menyarankan kepada mereka berdua agar menemuinya, menyampaikan salam dari Rasulullah, dan meminta keduanya untuk mendoakan keduanya”, yang digambarkan bahwa Uwais memiliki tinggi badan yang sedang dan berambut lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya.

Sejak Rasulullah menyarankan keduanya untuk menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran ingin segera bertemu dengan Uwais. Setiap kali Umar maupun Ali bertemu dengan rombongan orang-orang Yaman, ia selalu berusaha mencari tahu dimana keberadaan Uwais dari rombongan yang ditemuinya.

Namun, keduanya selalu gagal mendapatkan informasi tentang Uwais. Barulah setelah Umar diangkat menjadi khalifah, informasi tentang Uwais keduanya peroleh dari serombongan orang Yaman, “Ia tampak gila, tinggal sendiri dan tidak bergaul dengan masyarakat. Ia tidak makan apa yang dimakan oleh kebanyakan orang, dan tidak tampak susah atau senang. Ketika orang-orang tersenyum ia menangis, dan ketika orang-orang menangis ia tersenyum”.

Demikian kata rombongan orang-orang Yaman tersebut. Mendengar cerita orang-orang Yaman tersebut, Umar dan Ali segera berangkat menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang-orang Yaman tadi. Akhirnya, keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat terpencul. Abi Naim al-Afshani menuturkan dialog yang kemudian terjadi antara Umar dan Ali dengan Uwais  al-Qarani sebagai berikut:

Umar : “Apa yang anda kerjakan disini ?” Uwais : “Saya bekerja sebagai penggembala” Umar : ”Siapa nama Anda?” Uwais : “Aku adalah hamba Allah”  Umar : ”Kita semua adalah hamba Allah, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat lagi” Uwais : “Silahkan saja.”  Umar dan Ali : “Setelah kami perhatikan, andalah orang yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami. Doakan kami dan berilah kami nasehat agar kami beroleh kebahagiaan dunia dan di akherat kelak.”

Uwais : “Saya tidak pernah mendoakan seseorang secara khusus, setiap hari saya selalu berdoa untuk seluruh umat Islam, lantas siapa sebenarnya anda berdua?”  Ali : “Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mu’minin, dan saya adalah Ali bin Abi Thalib. Kami berdua diminta oleh Rasulullah SAW untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk anda.” Umar: “Berilah kami nasehat wahai hamba Allah”

Uwais : Carilah rahmat Allah dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawaqal kepada Allah.”  Umar : ”Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima seperangkat pakaian dan uang untuk anda pakai.”

Uwais : “Terimakasih wahai Amirul mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak pemberian tuan, tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan itu. Upah yang saya terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup. Lebihnya saya berikan kepada ibuku. Setiap hari saya cukup makan buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah makan makanan yang di masak. Kurasa hidupku tidak akan sampai petang hari dan kalau petang, kurasa tidak akan sampai pada pagi hari. Hatiku selalu mengingat Allah dan sangat kecewa bila sampai tidak mengingat-Nya.”

Ketika orang-orang Qaran mulai mengetahui kedudukan spiritualnya yang demikian tinggi di mata Rasulullah saw, mereka kemudian berusaha untuk menemui dan memuliakannya. Akan tetapi, Uwais yang sehari-harinya hidup penuh dengan kesunyian ini, diam-diam meninggalkan mereka dan pergi menuju Kufah, melanjutkan hidupnya yang sendiri. Ia memilih untuk hidup dalam kesunyian, hati  terbatas untuk yang selain Dia. Tentu saja, “kesunyian” disini tidak identik dengan kesendirian (pengasingan diri).

Hakekat kesendirian ini terletak pada kecintaanya kepada Tuhan. Siapa yang mencintai Tuhan, tidak akan terganggu oleh apapun, meskipun ia hidup ditengah-tengah keramaian. Alaisa Allah-u bi Kafin abdahu? Setelah seorang sufi bernama Harim bin Hayyam berusaha untuk mencari Uwais setelah tidak menemukannya di Qaran. Kemudian ia menuju Basrah.

Di tengah perjalanan menuju Basrah, inilah, ia menemukan Uwais yang mengenakan jubah berbulu domba sedang berwudhu di tepi sungai Eufrat. Begitu Uwais beranjak naik menuju tepian sungai sambil merapikan jenggotnya. Harim mendekat dan memberi salam kepadanya. Uwais : menjawab: “ Wa alaikum salam”, wahai Harim bin Hayyan.

Harim terkejut ketika Uwais menyebut namanya. “Bagaimana engkau mengetahui nama saya Harim bin Hayyan?’ tanya Harim. “Ruhku telah mengenal ruhmmu”, demikian jawaban Uwais, kemudian menasehati Harim untuk selalu menjaga hatinya. Dalam arti mengarahkannya untuk selalu dalam ketaatan kepada-Nya melalui mujahadah, atau mengarahkan diri “dirinya “ untuk mendengar dan mentaati kata hatinya.

Meski Uwais menjalani hidupnya dalam kesendirian dan kesunyian, tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut berpartisipasi dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah. Ketika terjadi perang Shiffin antara golongan Ali melawan Muawiyah, Uwais berdiri di golongan Ali.

Saat orang islam membebaskan Romawi, Uwais ikut dalam barisan tentara Islam. Saat kembali dari pembebasan tersebut, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga. (th 39 H). Demikianlah sekelumit tentang Uwais al-Qarni, kemudian hari namanya banyak di puji oleh masyarakat.

Yunus Emre misalnya memujinya dalam satu sajak syairnya : Kawan tercinta kekasih Allah; Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani. Dia tidak berbohong ; dan tidak makan makan haram Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani Di pagi hari ia bangun dan mulai bekerja, Dia membaca dalam dzikir seribu satu malam Allah;

Dengan kata Allahu Akbar dia menghela unta-unta Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani Negeri Yaman “negeri di sebelah kanan “, negeri asal angin sepoi-sepoi  selatan yang dinamakan nafas ar-rahman, Nafas dari Yang Maha Pengasih, yang mencapai Nabi dengan membawa bau harum dari ketaatan Uwais al-Qarani, sebagaimana angin sepoi-sepoi sebelumnya yang mendatangkan keharuman yang menyembuhkan dari kemeja Yusuf kepada ayahnya yang buta. Ya’kub (QS, 12: 95), telah menjadi simbol dari Timur yang penuh dengan cahaya, tempat dimana cahaya muncul, yang dalam karya Suhrawadi menggambarkan rumah keruhanian yang sejati. “Negeri di sebelah kanan “ itu adalah tanah air Uwais al-Qarani yanag memeluk Islam tanpa pernah bertemu dengan nabi.
Hikmah Yamaniyyah, “Kebijaksanaan Yaman,” dan Hikmah Yamaniyyah,”filosofi Yanani”, bertentangan, sebagaimana makrifat intuitif dan pendekatan intelektual, sebagaimana Timur dan Barat. Doa dan Dzikir Satu hal yang perlu digarisbawahi dari diri Uwais al-Qarani, kemudian menjadi landasan dalam tareqat-tareqat sufi, selain baktinya yang luar biasa terhadap kedua orang tuanya dan sikap zuhudnya, adalah doa dan dzikirnya. Uwais tidak pernah berdoa khusus untuk seseorang, tetapi selalu berdoa untuk seluruh umat kaum muslim. Uwais juga tidak pernah lengah dalam berdzikir meskipun sedang sibuk bekerja, mengawasi dan menggiring ternak-ternaknya. Doa dan dzikir bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hakekatnya adalah satu. Sebab, jelas doa adalah salah satu bentuk dari dzikir, dan dzikir kepada–Ku hingga ia tidak sempat bermohon (sesuatu) kepada-Ku, maka Aku akan mengaruniakan kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang diminta orang yang berdoa kepada-Ku”. Uwais selalu bedoa untuk seluruh muslimin. Doa untuk kaum muslim adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepedulian terhadap “urusan kaum muslim”. Rasulullah saw. Pernah memperingatkan dengan keras: Siapa yang tidap peduli dengan urusan kaum muslim, maka ia tidak termasuk umatku.” Dalam hal ini, Rasulullah saw menyatakan bahwa “permohonan yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan dan mendahulukan doa untuk selain dirinya.” Dan Uwais lebih memilih untuk medoakan seluruh saudaranya seiman. Suatu ketika Hasan bin Ali terbangun tengah malam dan melihat ibunya, Fatimah az-Zahra, sedang khusu’ berdoa. Hasan yang penasaran ingin tahu apa yang diminta ibunya dalam doanya berusaha untuk menguping. Namun Hasan agak sedikit kecewa, karena dari awal hingga akhir doanya, ibunya, hanya meminta pengampunan dan kebahagian hidup untuk seluruh kaum muslimin di dunia dan di akhirat kelak. Selesai berdoa, segera Hasan bertanya kepada ibunya perihal doanya yang sama sekali tidak menyisakan doanya untuk dirinya sendiri. Ibunya tersenyum, lalu menjawab bahwa “apapun yang kita panjatkan untuk kebahagiaan hidup kaum muslim, hakekatnya, permohonan itu akan kembali kepada kita.”Sebab para malaikat yang menyaksikan doa tersebut akan berkata “Semoga Allah mengabulkanmu dua kali lipat.” Dari prinsip tersebut, para sufi kemudian menarik suatu prinsip yang lebih umum yang padanya bertumpu seluruh rahasia kebahagiaan. Apa yang kita cari dalam kehidupan ini, harus kita berikan kepada orang lain. Jika kebajikan yang kita cari, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika pelayanan, berikanlah. Bagi para sufi, dunia adalah kubah, dan perilaku seseorang adalah gema dari pelaku yang lain. Secuil apapun kebaikan yang kita lakukan, ia akan kembali. Jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang lain. Itulah gemanya. Kita tidak mengetahui dari mana sisi kebaikan itu akan datang, tetapi ia akan datang beratus kali lipat dibanding yang kita berikan. Demikianlah, berdoa untuk kaum muslim akan bergema di dalam diri yang tentu saja akan berdampak besar dan positif dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual seseorang. Paling tidak, doa ini akan memupus ego di dalam diri yang merupakan musuh terbesar, juga sekaligus akan melahirkan dan menanamkan komitmen dalam diri “rasa Cinta”dan “prasangka baik”terhadap mereka, yang merupakan pilar lain dari ajaran sufi, sebagai manifestasi cinta dan pengabdian kepada Allah swt. Uwais tidak pernah lengah untuk berdzikir, mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah meskipun ia sedang sibuk mengurus binatang ternaknya. Dzikir dalam pengertiannya, yang umum mencakup ucapan segala macam ketaatan kepada Allah swt.
Namun yang dilakukan Uwais disini adalah berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah dan mengingat Allah, juga termasuk sifat-sifat Allah.
Ibn Qayyim al-Jauziyyah ketika memaparkan berbagai macam faedah dzikir dalam kitabnya “al-wabil ash-shayyab min al-kalim at-thayyib” menyebutkan bahwa “yang paling utama pada setiap orang yang beramal adalah yang paling banyak berdzikir kepad Allah swt. Ahli shaum yang paling utama adalah yang paling banyak dzikirnya; pemberi sedekah yang paling baik adalah yang paling banyak dzikirnya; ahli haji yang paling utama adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah swt; dan seterusnya, yang mencakup segala aktifitas dan keadaan.”
Syaikh Alawi dalam “al-Qawl al-Mu’tamad,” menyebutkan bahwa mulianya suatu nama adalah kerena kemuliaan pemilik nama itu, sebeb nama itu mengandung kesan si pemiliknya dalam lipat tersembunyi esensi rahasianya dan maknanya. Berdzikir dan mengulang-ulang Asma Allah, Sang Pemilik kemuliaan, dengan demikian, tak diragukan lagi akan memberikan sugesti, efek, dan pengaruh yang sangat besar.
Al-Ghazali menyatakan bahwa yang diperoleh seorang hamba dari nama Allah adalah ta’alluh (penuhanan), yang berarti bahwa hati dan niatnya tenggelan dalam Tuhan, sehingga yang dilihat-Nya hanyalah Dia.
Dan hal ini, dalam pandangan Ibn Arabi, berarti sang hamba tersebut menyerap nama Allah, yang kemudian merubahnya dengan ontologis. Demikianlah, setiap kali kita menyerap asma Allah lewat dzikir kepada-Nya, esensi kemanusiaan kita berubah. Kita mengalami tranformasi. Yang pada akhirnya akan membuahkan akhlak al-karimah yang merupakan tujuan pengutusan rasulullah Muhammad saw. Dilihat dari sudut pandang psikologis sufistik, pertama-tama dzikir akan memberi kesan pada ruh seseorang, membentuknya membangun berbagai kualitas kebaikan, dan kekuatan inspirasi yang disugestikan oleh nama-nama itu.
Dan mekanisme batiniah seseorang menjadi semakin hidup dari pengulangan dzikir itu, yang kemudian mekanisme ini berkembang pada pengulangan nama-nama secara otomatis. Jadi jika seseorang telah mengilang dzikirnya selama satu jam, misalnya, maka sepanjang siang dan malam dzikir tersebut akan terus berlanjut terulang, karena jiwanya mengulangi terus menerus. Pengulangan dzikir ini, juga akan terefleksi pada ruh semesta, dan mekanisme universal kemudian mengulanginya secara otomatis. Dengan kata lain, apa yang didzikirkan manusia dengan menyebutnya berulang-ulang. Tuhan kemudian mulai mengulanginya, hingga termaterialisasi dan menjadi suatu realita di semua tingkat eksistensi.
 
Wallahu a’lam bis-shawab.
semoga saat ini hingga kelak di kemudian hari kita akan selalu menjadi Kekasih Allah.
amiin amiin amiin ^_^
terimakasih,,,
semoga bermanfaat..........
 
https://www.facebook.com/fadilah.imroatu