Kamis, 16 April 2015

BAHAGIA - JEJAK PENA

BAHAGIA
Kali ini saya akan bagikan rahasia
untuk menjadi bahagia yang mungkin
jarang diketahui orang. Simak cerita
berikut.
Seorang pemuda sedang mencari
rahasia hidup bahagia. Tidak peduli
seberapa banyak impian yang diraih, ia
tetap merasa kurang bahagia. Padahal
awalnya ia percaya, ia pasti bahagia
jika bisa meraih apa yang diinginkan.
Tapi kenyataannya tidak. Setelah
pencarian yang cukup lama, ia tahu ada
seorang petapa bijak yang hidup di
pegunungan yang sudah lama tinggal di
sana.
Setelah berhari-hari dalam perjalanan
menuju puncak pegunungan, ia berhasil
menemui petapa tersebut. Ia bertanya,
“Petapa yang bijak, tolong berikan
pencerahan padaku, bagaimana aku
bisa menjadi bahagia?”
Karena hari sudah sore, petapa
tersebut memintanya kembali besok
pagi, lalu ia kembali duduk bermeditasi.
Keesokan paginya, pemuda tersebut
kembali menemui petapa.
“Silakan duduk di bawah pohon dan
bernapaslah!” kata petapa tersebut.
Pemuda itu bertanya, “Lalu apa yang
harus kulakukan saat duduk dan
bernapas?”
Petapa lalu membalas, “Tidak ada.
Cukup duduk dan bernapas.”
Pemuda tersebut sedikit ragu melakukan
apa yang disuruh petapa. Padahal ia
mengharapkan jawaban akan rahasia
kebahagiaan. Meskipun begitu, ia tetap
melakukan apa yang diminta petapa,
duduk di bawah pohon rindang dan
bernapas.
Hari demi hari pun berlalu. Sang petapa
tetap menyuruh pemuda itu duduk di
bawah pohon dan bernapas. Akhirnya
setelah setengah bulan terus-terusan
seperti ini, pemuda itu akhirnya tak
tahan lagi, lalu melancarkan protes.
Lalu pemuda ini protes, “Aku sudah
duduk dan bernapas seperti orang
bodoh selama 15 hari ini tanpa tahu
apa maksudnya. Apakah Anda lupa saya
datang ke sini untuk mendapatkan
rahasia kebahagiaan darimu? Tapi yang
kudapat hanya duduk dan bernapas. Ini
hanya buang-buang waktuku.”
Petapa tersebut tersenyum dan
berkata, “Jujur, aku harus minta maaf
karena tak bisa mengajarimu untuk
meraih kebahagiaan.”
Pemuda ini mulai jengkel dan bertanya,
“Kenapa tidak bisa?”
“Karena aku tak bisa membantumu
menemukan apa yang sudah kamu
miliki,” kata petapa. “Coba jawab apa
yang sudah kamu lakukan selama 15
hari ini?”
Pemuda itu menjawab, “Cuma duduk
dan bernapas.”
“Apakah ada yang mengajarimu cara
bernapas?” tanya petapa.
“Tentu saja tidak,” balas pemuda itu.
“Bernapas tak perlu diajarkan. Semua
orang juga bisa melakukannya sendiri.”
Petapa itu kembali tersenyum dan
menjelaskan, “Nah, begitu juga kamu
tak perlu diajari caranya berbahagia.
Karena memang kamu sudah bahagia
dan kamu bisa bahagia dengan cara
yang sama di mana kamu bisa
bernapas. Kebahagiaan itu tak bisa
diajarkan, tapi hanya bisa dibiasakan.”
Petapa itu kembali melanjutkan,
“Kebahagiaan itu seperti bernapas.
Kamu memang sudah memilikinya saat
lahir. Hanya saja, setelah dewasa,
kamu membiarkan dunia luar
menentukan apakah kamu itu bahagia
atau tidak. Ketika orang lain
mengungkapkan kesalahanmu, kamu
tidak bahagia. Ketika sesuatu
mengecewakanmu, kamu tidak bahagia.
Ketika seseorang tak peduli denganmu,
kamu tidak bahagia. Ketika sesuatu
tidak sesuai harapan, kamu tidak
bahagia. Dan banyak lagi hal lain yang
membuat kamu tidak bahagia. Kamu
selama ini telah menyerahkan kunci
kebahagiaan ke dunia luar. Makanya
dunia luar terlihat seperti
mempermainkan kamu.”
Pembaca sekalian,
Cobalah resapi apa yang dikatakan
petapa pada cerita di atas. Pujian dari
orang lain, berhasil meraih impian,
menikmati liburan, kenaikan gaji dan
sesuatu yang menyenangkan lainnya
hanyalah perasaan menyenangkan yang
dikaitkan dengan situasi tertentu. Itu
bukanlah kebahagiaan sejati. Karena
begitu situasi berubah menjadi buruk,
maka perasaan menyenangkan tersebut
ikut lenyap. Ini hanyalah perasaan
sementara yang rentan berubah.
Kebahagiaan itu sifatnya jangka
panjang dan tak dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi luar , sama seperti
bernapas. Ketika terjadi sesuatu yang
buruk, apakah Anda akan berhenti
bernapas? Tentu tidak. Begitu pula
dengan kebahagiaan. Ketika terjadi
sesuatu yang buruk, Anda takkan
berhenti untuk menjadi orang yang
bahagia.
Bahagia itu sulit diajarkan, tapi bisa
dibiasakan. Ada banyak hal di dunia ini
yang bisa membuat Anda bahagia saat
ini juga . Bahkan tanpa apa pun, Anda
bisa berbahagia karena Anda memang
sudah memilikinya saat dilahirkan.
Sudah seharusnya kunci kebahagiaan
dipegang oleh Anda sendiri, bukan
menyerahkannya kepada orang lain.
Semoga bermanfaat dan salam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar